BIKASMEDIA.COM, KONAWE SELATAN – Paska melakukan Monitoring dan Evaluasi (Monev) Program Penurunan Stunting, Pengentasan Kemiskinan Ekstrem di 25 kecamatan se-Konawe Selatan kini, pemerintah daerah terus melakukan upaya tindak lanjut untuk percepatan penurunan stunting.
Hal itu terungkap pada saat Rapat koordinasi (rakor) Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) yang diselenggarakan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Konawe Selatan di Rumah Jabatan Bupati. Selasa, 19 November 2024.
Dihadiri langsung Bupati H Surunuddin Dangga, Sekda ST Chadidjah, Forkopimda, Kepala OPD, kepala bidang terkait, Kepala Puskesmas, Camat dan para petugas KB.
Dalam sambutannya, Surunuddin menjelaskan, terkait stunting merupakan tugas bersama, upaya mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan percepatan penurunan stunting merupakan pengejawantahan sinergitas bersama para stekholder yang selalu pihaknya kedepankan.
“Melalui Rakor ini dengan bertujuan untuk menyusun strategi dan kebijakan pelaksanaan program kerja ke depan, serta mengoptimalkan peran ketua-ketua bidang, maka saya harapkan tidak adalagi instansi yang berjalan sendiri-sendiri, semua harus sinergi,” tegasnya
Pihaknya juga mengisyaratkan akan turun kembali ke setiap kecamatan pada akhir tahun ini dalam rangka monitoring sekaligus mengevaluasi hasil sasaran intervensi sebelumnya.
“Kita lihat bulan Desember nanti apakah ada perubahan atau tidak khususnya soal kasus stunting ini, sejatinya kita terus berupaya maksimal pada pencegahan dini dan kita fokus sasar pada ibu hamil kedepannya, seperti pemberian vitamin dan susu agar anak dalam kandungan lahir dengan baik,” harapnya.
Politisi senior itu juga menjelaskan, Kedepan dan saat ini telah di uji coba program makan siang gratis yang dicanangkan presiden terpilih Prabowo Subianto dapat memperkuat upaya penanganan stunting yang telah dilakukan pemerintahan saat ini.
Sebab, dengan program makan siang ini asupan gizi anak-anak dan remaja di Indonesia terjaga dengan baik sehingga dapat meminimalisir terjadinya stunting.
“Jika bicara SDM unggul, saya setuju tidak bisa dilepaskan dari kualitas dan asupan gizi. Dan ini memang sudah menjadi fokus pemerintah dengan program nasional penanganan stunting,” ujar Surunuddin
Kendati demikian dia menekankan, perbaikan gizi bukan hanya soal menambah jumlah asupan makanan, tetapi juga memperhatikan kualitas makanan yang dikonsumsi.
Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan angka stunting dan gizi buruk anak-anak Indonesia masih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara lain.
Selain itu, berdasarkan data World Population Review 2022, rata-rata IQ anak-anak Indonesia juga masih berada di bawah standar global, dengan skor rata-rata 78,49.
“Olehnya itu, melalui rakor ini kita dapat memastikan arah kebijakan serta intervensi kita terhadap kasus stunting benar-benar seriusi, ini persoalan bukan main-main, masa depan generasi bangsa ada di pundak bapak ibu sekalian, berharap kita kedepan dapat melihat generasi emas,”pungkasnya
Sementara untuk BKKBN sendiri memiliki peran penting dalam percepatan penurunan stunting, yaitu sebagai Ketua Pelaksana berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting, di antaranya: Memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil, Memberikan ASI eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan, Memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) sehat, Memantau tumbuh kembang anak, Menjaga kebersihan lingkungan.
Beberapa ciri-ciri anak stunting, di antaranya, Keterlambatan pertumbuhan, Performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar, Tanda pubertas terlambat, Wajah tampak lebih muda dari usianya, Mudah mengalami penyakit infekTPPS